MANFAAT / DAYA PUASA & MELEK

KEKUATAN / DAYA PUASA & MELEK

Menurut pinisepuh Jawa yang diabadikan dalam Kitab Primbon disebutkan sebagai berikut:

Manfaat cegah tidur (melek) itu membekas di sukma. Menghasilkan terhadap apa yang diminta, memperoleh 3 perkara yaitu pertama: panjang umurnya, kedua: beruntung, ketiga: tajam mata batinnya.

Manfaat cegah makan (puasa) itu membekas di raga. Menghasilkan terhadap apa yang diminta, memperoleh 3 perkara yaitu pertama: berwibawa nan sakti, kedua: mendapatkan kedudukan tinggi, dan ketiga: kaya.

Tentu saja dalam hal ini yang dimaksud dengan cegah makan dan cegah tidur itu adalah lelaku yang didasari oleh NIAT dan TEKAD. Inilah yang membedakan orang tidak makan karena lelaku ritual dengan orang tidak makan karena kelaparan.
Misalnya ada 2 orang yang masuk dalam ruang yang gelap gulita, tidak diberi makan-minum selama beberapa hari. Orang pertama adalah seorang narapidana yang dimasukan dalam sel tahanan. Orang kedua adalah seorang spiritualis yang sedang masuk dalam gua/ruangan untuk bertapa / bertafakur. Kedua orang tersebut mengalami kondisi yang sama, tidak makan & tidak tidur tetapi karena niat dan tekadnya berbeda maka menghasilkan manfaat (efek) yang berbeda pula.

Inti amalan lelaku seperti cegah makan (puasa) dan cegah tidur (melek) adalah mengendalikan diri. Yaitu berusaha mengendalikan keinginan nafsu badan jasmani, serta nafsu pikiran jahat. Maka niat dan tekad itu penting. Bila anda sudah bertekad mengendalikan nafsu badan dengan berpuasa dan melek, maka berusahalah dengan lebih keras untuk melaksanakannya. Bila anda berhasil dan bisa istiqomah (tekun menjaga amalan terus menerus) itu artinya anda tidak lagi diperbudak nafsu badan. Anda tidak lagi diperbudak nafsu keinginan. Untuk apa mampu berpuasa berhari-hari tetapi setelah masa puasa lalu kembali mengumbar hawa nafsu. Begitupula bila sudah bertekad melek semalam suntuk tetapi masih saja tidur semaunya. Itu juga belum bisa disebut berhasil. Sebab diri kita masih belum bisa mengendalikan nafsu tidur. Ritual puasa & melek semacam itu tidak ada artinya. Karena meskipun anda telah menyelesaikan puasa tetapi inti puasa sebagai pengendali badan jasmani dan nafsu tidak terpenuhi.

Meskipun saat sahur dan berbuka boleh makan apa saja, tetapi tetaplah menjaga inti puasa. Yaitu pengendalikan diri dan nafsu. Makan dan tidurlah ala kadarnya saja. Makanlah apa yang ada di meja makan, walaupun hanya ada nasi putih dan air putih saja. Tidak perlu mencari-cari yang tidak tersedia. Makan dan jangan protes! Lalu biasakan tidur selepas tengah malam dan bangunlah sebelum Matahari terbit. Atau tidurlah lebih awal, lalu bangunlah dini hari (sepertiga malam) sampai Dhuha jangan tidur lagi. Isilah waktu terjaga (melek) ini dengan hal yang positif seperti meditasi, atau sembahyang mengagungkan asma Tuhan.

Tujuan amalan lelaku para spiritualis adalah agar bisa mengendalikan 9 lubang hawa (babagan hawa 9) sebagai keluar masuknya nafsu. Melalui cegah makan (puasa), cegah tidur (melek), tafakur, meditasi atau semacamnya. Bila badan dan nafsu telah dikendalikan, maka lebih mudah konsentrasi masuk dalam dimensi ruhani. Pintu dimensi ruhani hanya bisa ditembus dengan kepasrahan raga, pikiran dan jiwa. Ketiga komponen tersebut sulit sekali pasrah bila selama ini selalu dituruti keinginan nafsunya. Maka perlu dikendalikan dengan disiplin. Kedisiplinan bisa diperoleh bila kita memiliki Niat dan Tekad yang kuat untuk mewujudkan apa yang diminta.

Efek dari ketekunan melakukan amalan cegah makan (puasa) dan cegah tidur (melek) yang dibalut dengan lelaku amaliyah yang baik seperti membaca wirid, puji-pujian, doa-mantra atau semacamnya inilah yang nanti akan menajamkan mata batin. Energi ruhani yang bersifat ghaib akan memancar secara otomatis dari diri anda. Daya energi inilah yang membuat pancaran aura anda berpendar terang, tampak berkharisma dan berwibawa.

Sumber, rasasejati.org

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More